Prototipe: Mengkomunikasikan Interaksi Pengguna dan Produk
Tulisan tentang prototipe ini merupakan bagian dari tulisan seri UX. Setelah mengerti luasnya lingkup UX, lalu beranjak ke komponen penting dari UX yaituUsability, maka sekarang kita bisa melihat bagaimana mengkomunikasikan interaksi pengguna dan produk sebelum fungsi-fungsi produk diimplementasikan dan diuji Usability-nya.
Prototipe atau bentuk dasar suatu produk bisa digunakan untuk menyampaikan berbagai macam informasi gambaran produk itu. Kalau untuk mendesain furniture misalnya, maka bentuk adalah hal penting yang perlu dimiliki oleh prototipe itu. Tetapi untuk mendesain suatu aplikasi software atau website, penting untuk menggunakan prototipe yang mampu mengkomunikasikan sistem interaksi antara pengguna dan teknologi produk tersebut.
Prototipe bisa ditampilkan secara hi-fi (high fidelity), di mana programmer dan desainer visual sudah ikut bekerja menampilkan produk tersebut, dan pengguna bisa melakukan pengujian produk yang sudah hampir jadi. Namun, pengujian produk bisa dilakukan sebelum produk tersebut diimplementasikan, untuk melibatkan pengguna lebih awal di masa pengembangan produk. Di sinilah prototipe ditampilkan secara lo-fi (low fidelity), dan desainer interaksi berperan.
Jika ada yang namanya sketsa visual, maka desainer interaksi juga mengenal sketsa interaksi. Untuk produk aplikasi software atau website, dikenal istilah “wireframe” yang popular di antara praktisi IxD (Interaction Design). Tujuan membuat sketsa interaksi ini di awal pengembangan produk adalah supaya kerja tim desainer (baik interaksi maupun visual) tidak berat di langkah selanjutnya. Desainer akan lebih mampu mengubah jenis interaksi jika ada yang tidak cocok dengan pengguna.
Untuk melakukan wireframing, seorang desainer yang menguasai Flash misalnya, mungkin akan memilih Flash untuk menampilkan sketsa interaksi sebuah produk, karena ia bisa sekaligus memasukkan sketsa visual produk itu. Seorang manajer non-desain yang mempunyai ide interaksi mungkin bisa menggunakan aplikasi dokumen biasa untuk mengkomunikasikan sketsa interaksinya.
Sejalan dengan berkembangnya bidang IxD, produk-produk khusus sketsa interaksi banyak bermunculan. Produk-produk seperti Balsamiq bisa kita coba tanpa biaya, dan tersedia banyak pilihan template tampilan atau mockups. Tentu saja jika kita ingin berinvestasi lebih dalam urusan sketsa interaksi, ada produk khusus yang bisa dibeli.
Praktisi IxD mengenal juga Paper Prototyping, yaitu menggunakan kertas untuk membuat struktur suatu tampilan laman web. Tentu saja tombol atau scrollbar dari kertas tidak akan bereaksi jika kita menekannya. Penggunaan Video Prototyping bisa mengkomunikasikan bagaimana interaksi pengguna dan elemen-elemen di sebuah laman web seperti pada contoh ini. Contoh sketsa interaksi untuk aplikasi software iPad pun juga bisa dikomunikasikan denganprototipe kertas dan video.
Tentu saja komunikasi lewat video juga bisa dilakukan dengan tampilan yang lebih hi-fi, seperti yang terlihat di video ini. Namun menurut pendapat saya, pembuatan video jenis ini memakan cukup banyak waktu dan biaya jika hanya ingin mengkomunikasikan sketsa interaksi dan konsep suatu produk. Pada akhirnya, video jenis ini bisa digunakan untuk media pemasaran.
–
Artikel tentang User Experience (UX) ini ditulis oleh Qonita Shahab, peneliti UX yang pernah bekerja di bidang TI. Ketertarikannya akan musik dan fotografi membantunya dalam mendesain prototipe sistem interaktif. Sejak mulai melakukan penelitian di bidang teknologi persuasif, Qonita belajar banyak tentang psikologi sosial dan penggunaan komunal atas teknologi. Anda bisa follow akun Twitter-nya di @uxqonita.