Categories
Old Archives

Aku dilahirkan dikota, di-bangsal rumah sakit tua. Rumahku sebaya umur kakek-ku, berdinding batu separuh bambu.
Dan aku coba mengerti, walau aku sering memaki. Tingkah-tingkah kotaku yang panas, berbaur debu dan keringat di-badanku.

Orang bilang kotaku kejam tak beda usia, tak beda warna. Bagai tangan hitam cengkeram, tubuh-tubuh tergolek disana.
Dulu aku tak perduli, walau aku sering kerutkan dahi. Detak jantung berpacu dengan nafsu, sering terlihat nyata didepanku.

Satu ketika kuberkhayal, hidup ini bersinar meratap. Tapi lamunanku buyar, oleh mimik seorang bocah.
Gelandangan kecil berdiri dengan rasa ingin memiliki sepotong roti di toko yang bersih dan berjendela kaca.

Kulihat seorang perempuan baya dengan orok di-pangkuannya. Larut malam di kaki lima menunggu warung kopi miliknya.
Tak berdinding beratap rumbiah menempel diemper toko megah. Esok pabila mentari tiba, ku tak tahu ia dimana.

Kepincangan demi kepincangan tak membuat aku jera. Kehidupan yang keras ini akan kuhadapi jua.
Tanpa terasa aku tengadah, kepada-nya aku meminta
“KOTA-KU KAN TEGAR BERDIRI BUKAN HANYA UNTUK SATU GENERASI”.

– Gombloh “Selamat Pagi Kotaku” –

Selamat Hari jadi SURABAYA-ku yang ke 714 tahun, semoga engkau semakin ramah kepada generasi yang mendatang.
Aku rindu dengan semangat kepahlawananmu ….